Langsung ke konten utama

TEKNIK NON TEST SEBAGAI SISTEM ASSESSMENT DI SEKOLAH


MAKALAH
TEKNIK NON TEST SEBAGAI SISTEM ASSESSMENT DI SEKOLAH
Di susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Media BKI Sekolah
Dosen Pengampu: Dr. Masturin, M.Ag



Disusun Oleh:  
1.      Putri Oktavia Devi      (1540110089)  
2.      Nur Dina Khoirinnida (1640110001)   
3.      Desti Widiana             (1640110033)



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
TAHUN 2019




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang
Dalam proses yang terjadi pada individu merupakan aktivitas penting. Melalui belajar seorang individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan ligkungan di sekitarnya. Menurut Irwanto, belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi jangka waktu tertentu.dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mngetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Penilaian terhadap hasil belajar siswa untukmengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran belajar. Akan tetapi, pada kenyataannya dalam proses belajar mengajar di sekolah banyak siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya.[1]   
Dalam jenjang pendidikan salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sangat berpengaruh dalam perkembangan siswa di sekolah. Dengan adanya bimbingan dan konseling, maka harus diperhatikan assessment atau penilaian untuk mengukur seberapa kemampuan siswa.  Oleh karena itu, peran bimbingan dan konseling sebagai assessment di sekolah sangat penting bagi guru untuk selalu mengevaluasi berkala pada aspek afektif siswa.[2]
Evaluasi merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan dalam pelaksaan belajar dan mengajar. Dalam mengevaluasi perlu adanya assessment untuk mengukur atau menilai seberapa besar bakat atau kemampuan siswa yang dia miliki. Apabila dalam bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlalu memperhatikan assessment atau penilaian kepada siswa, maka dalam kegiatan belajar dan mengajar maupun bakat yang dimiliki oleh siswa akan menghambat atau mengakibatkan bakat siswa kurang diperhatikan. Seperti halnya fenomena yang ada, banyak sekolah yang masih kurang memperhatikan atau menggunakan assessment untuk menilai agar mengetahui bakat atau kemampuan yang dimiliki siswa. Akibatnya, banyak siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan lebih dalam bidang lain yang tidak diketahui oleh guru maupun orang tua.
Menurut Uno dan Koni, upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran akan meningkat apabila guru daapat melaksanakan proses pembelajaan secara optimal sehingga memunculkan hasil yang optimal pula. Proses pembelajaran yang optimal dapat dilihat dari keaktifan peserta didik dalamproses pembelajaran,misalnya berani mengemukakan pendapat, antusias dalam pembelajaran, dan memperhatikan penjelasan.keterkaitanantara proses dan hasil pembelajaran menuntut guru untuk selalu berupaya meminimalisasi kegagalan dalam proses pembelajaran. Salah satu hal yang bisa digunakan untuk mengetahui gagal atau tidaknya pembelajaran yaitu dengan melaksanakanevaluasi pembelajaran.[3] 
Teknik evaluasi ada dua, yaitu tes dan non tes. Tes meliputi pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih atau ditanggapi, dan bisajuga berupa tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testi) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau memperoleh informasi atau atribut dari orang yang dites.[4] Sedanhkan non tes merupakan cara penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan tanpa menguji siswa tetapi denganmelakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non tes biasa biasa digunakan untuk mengukur soft skill meliputi sikap, tingkah laku,sifat sikap sosial,dan lain-lain (apa saja yang dibuat dan dikerjakan) oleh siswa secara menyeluruh. Tentunya yang berkaitan dengan kegiatan belajar dan mengajar baik secara individua maupun kelompok.[5]

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun beberapa rumusan masalah diantaranya:
1.      Apa pengertian dari assessment ?
2.      Apa fungsi dan tujuan assessment penilaian kelas di sekolah ?
3.      Apa saja bentuk-bentuk dari teknik non-tes ?

C.    Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan pembahasan diantaranya:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari assesssment.
2.      Untuk mengetahui fungsi dan tujuan assessment penilaian kelas di sekolah.
3.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari teknik non-tes.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Assessment
Menurut Buchori dalam pendidikan orang mengadakan evaluasi memenuhi dua tujuan, yaitu (1) untuk mengetahui kemajuan anak atau murid setelah murid tersebut menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu,dan (2) untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu.
Sedangkan Suharmi Arikuntomengatakan bahwa tujuan atau fungsi evaluasi ada beberapa hal, yaitu (1) penilaian berfungsi selektif, (2) penilaian berfungsi diagnostik, (3) penilaian berfungsi sebagai penempatan, (4) penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.[6]
Assessment yaitu sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan.[7] Pendapatnya Aiken (1997: 454) yang di kutip oleh Anwar Sutoyo Human assessment adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok orang.[8]
Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat diabaikan adala pelaksanaan penilaian. Assessment dalam konteks bimbingan dan konseling yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan atau berlangsung. Karena itulah assessment dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling. Tujuan assessment dalam bimbingan konseling yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi ang ada ada masalah konseling.[9]

B.     Fungsi dan Tujuan Assessment Penilaian Kelas di Sekolah
penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Proses assessment ini, pendidik akan memperoleh potret kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam KTSP masing-masing sekolah.[10]
Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik (guru), satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang  dilakukan oleh guru satuan pendidikan termasuk penilaian internal (internal assessment), sedangkan yang diselenggarakan pemerintah termasuk penilaian eksternal (external assessment). Penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pendidik pada proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pengendali mutu, seperti ujian nasional.[11]  
1.      Tujuan assessment berbasis kelas
a)      Dengan melakukan assessment berbasis kelasini pendidik dapat mengethui seberpa jauh siswa dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan baik selama mengikuti pembelajaran atau ssetelahnya.
b)      Saat melaksanakan assessment pendidik juga dapat langsung memberikan umpan balik pada peserta didik.
c)      Pendidik dapat terus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dialami peserta didik.
2.      Fungsi assessmen berbasis kelas
a)      Sebagai landasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, dan membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik dalam pemilihan program, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusa.
b)      Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
c)      Sebagai upaya pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan atau sedang berlangsung.
C.     Bentuk-Bentuk dari Teknik Non-Tes.
Bentuk-bentuk assessment dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi dua yaitu assesment teknik tes dan assessment teknik non tes. Assesment teknik tes merupakan suau pengukuran terhadap suatu sempel tingkah laku yang objektif dan terstandar misalnya tes prestasi, tes bakat, tes minat, tes kepribadian dan lain-lain.[12] Sedangkan assesment teknik non tes merupakan penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa menguji, melainkan dengan melakukan pengamatan secara sistematis atau observasi, wawancara, menyebarkan angket atau kuesioner, memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen skala, studi kasus, dan sosiometri. Hal tersebut adalah teknik non tes.[13]
Teknik non tes sifatnya lebih konprehensif, yaitu dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga penilaian tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, namun juga megungkap aspek afektif dan psikomotoris.[14] Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari yang telah mereka ketahui dan pahami. Hal ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati daripada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indera.[15]
Adapun jenis-jenis assessment teknik non tes sebagai berikut:
1.      Daftar Cek Masalah (DCM)
Daftar cek masalah (DCM) merupakan daftar cek yang khusus disusun untuk merangsang atau memancing pengutaran masalah atau problem-problem yang pernah atau sering dialami seseorang individu. Daftar cek masalah adalah daftar yang berisi sejumlah kemungkinan masalah yang pernah atau sedang dihadapi oleh individu atau sekelompok individu adalah menurut Anwar Sutoyo.[16]
 Apa masalah kesehatanmu:
1.
Sering sakit ketika di SD.
5.
Pernah di operasi.
2.
Sering sakit ketika di SMP.
6.
Sering keluar keringat.
3.
Merasa terlalu gemuk.
7.
Sering merasa mengantuk.
4.
Merasa selalu kurus.
8.
Sering pusing.

2.      Wawancara (interview)
Suatu teknik memahami individu dengan cara melakukan komunikasi langsung (face to face relation) antara pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) untuk memperoleh keterangan atau informasi tentang individu. Wawancara (interview) berfungsi untuk menentukan latar belakang atau faktor penyebab terjadinya masalah yang dialami oleh konseli. Wawancara ini sebenarnya merupakan bagian dari wawancara konseling yang utuh yaitu mulai dari identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, evaluasi dan follow up.[17]
Agar wawancara dapat mencapai hasil yang baik maka perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya orang yang akan mengadakan interviu harus memunyai latar belakang tentang apa yang akan ditanyakan. Selanjutnya interviuer menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara tersebut. Bahasa yang digunakan menyesuaikan dengan yang diinterviu. Menjaga jangan sampai ada waktu dia yang lama, dan lain sebagainya.[18]
Selain itu, wawancara juga berfungsi sebagai untuk memahami berbagai potensi, sikap, perasaan, pikiran, pengalaman, harapan dan masalah konseli, serta memahami potensi dan kondisi lingkungan baik lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerjanya secara mendalam.
3.      Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode atau teknik untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial antar individu dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok.[19] Sebenarnya sosiometri menunjukkan tentang ukuran berteman. Jadi, dengan sosiometri dapat dilihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang.[20]
Mendapatkan materi dalam sosiometri biasanya menggunakan kuesioner sosiometris. Hasil dari kuesioner ini diolah lebih lanjut hingga menghasilkan hasil sosiometri. Misal, untuk memilih teman belajar maka dapat berbentuk:[21]
1)      Siapakah di antara teman-temanmu yang kamu pilih sebagai teman belajar bersama:
a)      ............. alasan .........
b)      ............. alasan .........
c)      ............. alasan .........
2)      Siapakah di antara tema-temanmu yang tidak kamu sukai sebagai teman untuk bekerja bersama-sama:
a)      ........... alasan .........
b)      ........... alasan .........
c)      ........... alasan .........
4.      Observasi
Teknik ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan lapangan agar guru memperoleh gambaran yang lebih luas tentang obyek yang diamati.[22] Observasi memiliki nilai memberikan informasi yang tidak mungkin didapatkan melalaui teknik lain, tambahan informasi yang  sudah didapat melalui teknik lain, dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui, pengamatan secara selektif, pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan.[23]
Saat pengamatan, pengamat tidak boleh hanya fokus pada konseli dengan mengabaikan berbagai kondisi interaksi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah lakunya. Observasi dilakukan pada beberapa periode waktu, semakin lama dan semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Objek pengamatan harus diamati pada situasi berbeda dan situasi natural.[24]
5.      Angket (Kuesioner)
Angket merupakan salah satu alat pengumpul data dalam assessment non tes, berupa serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang diajukan pada responden. Winkel mendefinisikan angket sebagai suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga. Angket disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah informasi yang relevan dengan keperluan bimbingan dan konseling, seperti identitas pribadi konseli, keterangan tentang keluarga, riwayat kesehatan, riwayat pendidikan, kebiasaan belajar di rumah, hobi atau informasi lainnya. Data yang diperoleh berfungsi untuk : (1) mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam penyusunan program, (2) untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain, (3) evaluasi program bimbingan dan konseling, dan (4) untuk mengambil sampling/sikap/pendapat dari responden.[25]
Contoh angket penilaian diri untuk mengukur sikap kedisiplinan siswa[26]
INSTRUMEN PENILAIAN DIRI SISWA
Petunjuk:
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai dengan yang saudara lakukan, dengan kriteria sebagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang-kadang
1 = tidak pernah
Nama Siswa    : ...............
Kelas               : ................

No

Pernyataan

Pilihan jawaban

1
2
3
4
1
Saya ... masuk kelas tepat waktu.




2
Saya ... mengumpulkan tugas tepat waktu.




3
Saya ... memakai seragam sesuai tata tertib.




4
Saya ... mengerjakan tugas yang diberikan.




5
Saya ... tertib dalam mengikuti pembelajaran.




6
Saya .. membawa buku tulis sesuai mata pelajaran.




7
Saya ... membawa buku teks mata pelajaran.





Perbedaan antara assessment tes dan non tes antara lain: (1) pada terjawaban benar atau salah sedangkan pada non tes, jawaban benar atau salah sangat bervariasi dan semuanya bisa betul/benar, (2) hasil pada non tes lebih kualitatif sedangkan pada tes lebih kuantitatif, walaupun pada akhirnya dapat dikualitatifkan, (3) pelaksanaan tes (psikologis) adalah orang yang professional (berkewenangan khusus untuk melaksanakan tes tersebut) sedangkan pelaksanaan non tes tidak selamanya orang yang sangat professional, (4) waktu pelaksanaan tes lebih ketat dibandingkan dengan pelaksanaan non tes, (5) penyelenggaraan dan pengawasan tes lebih ketat dibandingkan dengan non tes.[27]





BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Assessment dalam konteks bimbingan dan konseling yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan atau berlangsung. Karena itulah assessment dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling. Assessment memiliki fungsi dan tujuan yang sangat bermanfaat untuk pendidik. Bentuk-bentuk teknik non tes seperti observasi, angket, wawancara, Daftar Cek Masalah (DCM), Sosiometri, dan lain sebagainya.


















DAFTAR PUSTAKA

Anwar Sutoyo, Pemahaman Individu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir), CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2005.
Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2016.
Ema Butsi Prihastari dan Jumanto, “Pembuatan Instrumen Non Tes Bagi Guru SD Untuk Menilai Ranah Afektif Siswa”, Jurnal Adiwidya, vol. II No.1, Maret 2018.
Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2013.
Hasan Basri, “Paradigma Baru Sistem Pembelajaran”, Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Intan Putri Fadarwati, “Penggunaan Teknik Evaluasi Non-Tes dan Hambatannya Pada Penilaian Pembelajaran Pkn SD Di Dabin IV Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes”, skripsi Universitas Negeri Semarang, 2015. 
Mamat Supriatna (Ed.), “Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi”, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2014.
Navel O. Mangelep, “Teknik Non Tes dalam Melaksanakan Penilaian, Pengukuran dan Evaluasi dalam Dunia Pendidikan”, Jurnal Pdf.
Sitti Mania, “Teknik Non Tes: Telaah Atas Fungsi Wawancara dan Kuesioner dalam Evaluasi Pendidikan”, Lentera Pendidikan, Vol. 11 No. 1, Juni 2008.



[1]  Hasan Basri, “Paradigma Baru Sistem Pembelajaran”, Bandung: Pustaka Setia, 2015, hlm. 153-154.
[2]  Ema Butsi Prihastari dan Jumanto, “Pembuatan Instrumen Non Tes Bagi Guru SD Untuk Menilai Ranah Afektif Siswa”, Jurnal Adiwidya, vol. II No.1, Maret 2018, hlm. 123.
[3] Intan Putri Fadarwati, “Penggunaan Teknik Evaluasi Non-Tes Dan Hambatannya Pada Penilaian Pembelajaran Pkn SD Di Dabin IV Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes”, skripsi Universitas Negeri Semarang, 2015, hlm. 3. 
[4]  Mamat Supriatna (Ed.), “Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi”, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2018, hlm. 203-204.
[5]  Ema Butsi Prihastari dan Jumanto, Op.Cit., hlm. 123.
[6]  Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Opc.Cit., hlm. 12-13.
[7] Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hlm. 1.
[9] Ibid.,
[10] Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Op.Cit., hlm. 4-6.
[11]  Ibid., hlm. 16.
[12] Ibid., hlm 7-9.
[13] Sitti Mania, “Teknik Non Tes: Telaah Atas Fungsi Wawancara dan Kuesioner dalam Evaluasi Pendidikan”, Lentera Pendidikan, Vol. 11 No. 1, Juni 2008, hlm. 45.
[14] Ibid., hlm. 46.
[15] Navel O. Mangelep, “Teknik Non Tes dalam Melaksanakan Penilaian, Pengukuran dan Evaluasi dalam Dunia Pendidikan”, Jurnal Pdf. hlm. 1.
[16] Anwar Sutoyo, Pemahaman Individu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm.111-112.
[17] Siti Wahyuni Siregar, Op.cit., hlm. 12.
[18] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir), CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2005, hlm. 83-84.
[19] Siti Wahyuni Siregar, loc.cit.,
[20] Bimo Walgito, Op.cit., hlm. 85.
[21] Ibid., hlm. 87.
[22] Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2016, hlm. 83.
[23] Siti Wahyuni Siregar, Op.cit., hlm. 13.
[24] Ibid.,
[25] Ibid., hlm. 13-14.
[26] Eko Putro Widoyoko, Op.cit., hlm. 205-206.

[27] Siti Wahyuni Siregar, Op.cit., hlm. 15.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKNIK KONSELING KOGNITIF (Contoh Teknik Cognitive Restructuring dan Teknik Self-Talk)

 TEKNIK KONSELING KOGNITIF (Contoh Teknik Cognitive Restructuring dan Teknik Self-Talk) Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah: Teknik Layanan Bki Dosen Pengampu: yuliatun S.Ag, M.Si Disusun oleh: 1.       Rin Ismiyati                (1640110005) 2.       Hesti Pujiningtyas       (1640110011) 3.       Villayanti Futika Sari (1640110023) 4.       Desti Widiana             (1640110033)   INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TAHUN 2018

METODE DAKWAH KONTEMPORER

MAKALAH METODE DAKWAH KONTEMPORER Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi Dakwah Dosen Pengampu: H. Zaenal Khafidin, M.Ag. Disusun oleh: 1.       Alfina Rahmawati         (1640110002) 2.       Yatman                          (1640110013) 3.       Villayanti Futika Sari    (1640110023) 4.       Desti Widiana                (1640110033) JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017

PROSPEK KERJA JIKA MASUK JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

Kalian yang bingung dengan jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam jangan khawatir karena disini saya akan sedikit memberi gambaran dari beberapa sumber mengenai prospek kerja jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, dan jangan takut masuk di jurusan ini karena ini jurusan tidak kalah dengan jurusan yang lain kok. Asal kalian bersungguh-sungguh dan waw deh. hehe. Tujuan Jurusan BPI Jurusan BPI siap mencetak tenaga-tenaga professional sebagai Pembimbing, Penyuluh, Konselor, dan Terapist agama atau spiritual yang banyak dibutuhkan dalam berbagai sektor, sesuai dengan trend perkembangan saat ini yang butuh sisi spiritual dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu keahlian Jurusan BPI, diorientasikan kepada Keahlian Teoritik dan Keahlian Praktik di bidang bimbingan, penyuluhan, konseling, dan psikoterapi Islam.