MAKALAH
TEKNIK NON TEST SEBAGAI SISTEM ASSESSMENT DI SEKOLAH
Di susun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Media BKI
Sekolah
Dosen Pengampu: Dr. Masturin, M.Ag
Disusun Oleh:
1.
Putri
Oktavia Devi (1540110089)
2.
Nur
Dina Khoirinnida (1640110001)
3.
Desti
Widiana (1640110033)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam proses yang terjadi pada
individu merupakan aktivitas penting. Melalui belajar seorang individu mengenal
lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan ligkungan di sekitarnya. Menurut
Irwanto, belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan
terjadi jangka waktu tertentu.dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita
yang diharapkan. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri
seseorang. Untuk mngetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu
adanya penilaian. Penilaian terhadap hasil belajar siswa untukmengetahui sejauh
mana ia telah mencapai sasaran belajar. Akan tetapi, pada kenyataannya dalam
proses belajar mengajar di sekolah banyak siswa yang tidak dapat meraih
prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya.[1]
Dalam jenjang pendidikan salah satu
hal yang perlu diperhatikan adalah bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
konseling sangat berpengaruh dalam perkembangan siswa di sekolah. Dengan adanya
bimbingan dan konseling, maka harus diperhatikan assessment atau penilaian untuk mengukur seberapa kemampuan
siswa. Oleh karena itu, peran bimbingan
dan konseling sebagai assessment di
sekolah sangat penting bagi guru untuk selalu mengevaluasi berkala pada aspek
afektif siswa.[2]
Evaluasi merupakan salah satu hal
penting yang harus dilakukan dalam pelaksaan belajar dan mengajar. Dalam
mengevaluasi perlu adanya assessment
untuk mengukur atau menilai seberapa besar bakat atau kemampuan siswa yang dia
miliki. Apabila dalam bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlalu
memperhatikan assessment atau
penilaian kepada siswa, maka dalam kegiatan belajar dan mengajar maupun bakat
yang dimiliki oleh siswa akan menghambat atau mengakibatkan bakat siswa kurang
diperhatikan. Seperti halnya fenomena yang ada, banyak sekolah yang masih
kurang memperhatikan atau menggunakan assessment
untuk menilai agar mengetahui bakat atau kemampuan yang dimiliki siswa.
Akibatnya, banyak siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan lebih dalam bidang
lain yang tidak diketahui oleh guru maupun orang tua.
Menurut Uno dan Koni, upaya
meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran akan meningkat apabila guru daapat
melaksanakan proses pembelajaan secara optimal sehingga memunculkan hasil yang
optimal pula. Proses pembelajaran yang optimal dapat dilihat dari keaktifan
peserta didik dalamproses pembelajaran,misalnya berani mengemukakan pendapat,
antusias dalam pembelajaran, dan memperhatikan penjelasan.keterkaitanantara
proses dan hasil pembelajaran menuntut guru untuk selalu berupaya
meminimalisasi kegagalan dalam proses pembelajaran. Salah satu hal yang bisa
digunakan untuk mengetahui gagal atau tidaknya pembelajaran yaitu dengan
melaksanakanevaluasi pembelajaran.[3]
Teknik evaluasi ada dua, yaitu tes dan non tes. Tes meliputi
pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih
atau ditanggapi, dan bisajuga berupa tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
orang yang dites (testi) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau
memperoleh informasi atau atribut dari orang yang dites.[4]
Sedanhkan non tes merupakan cara penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan
tanpa menguji siswa tetapi denganmelakukan pengamatan secara sistematis. Teknik
evaluasi non tes biasa biasa digunakan untuk mengukur soft skill meliputi sikap, tingkah laku,sifat sikap sosial,dan
lain-lain (apa saja yang dibuat dan dikerjakan) oleh siswa secara menyeluruh.
Tentunya yang berkaitan dengan kegiatan belajar dan mengajar baik secara
individua maupun kelompok.[5]
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat
disusun beberapa rumusan masalah diantaranya:
1. Apa
pengertian dari assessment ?
2. Apa
fungsi dan tujuan assessment penilaian
kelas di sekolah ?
3. Apa
saja bentuk-bentuk dari teknik non-tes ?
C.
Tujuan
Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui
tujuan pembahasan diantaranya:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari assesssment.
2. Untuk
mengetahui fungsi dan tujuan assessment penilaian
kelas di sekolah.
3. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk dari teknik non-tes.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Assessment
Menurut Buchori dalam
pendidikan orang mengadakan evaluasi memenuhi dua tujuan, yaitu (1) untuk
mengetahui kemajuan anak atau murid setelah murid tersebut menyadari pendidikan
selama jangka waktu tertentu,dan (2) untuk mengetahui tingkat efisiensi
metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu
tertentu.
Sedangkan Suharmi Arikuntomengatakan bahwa tujuan
atau fungsi evaluasi ada beberapa hal, yaitu (1) penilaian berfungsi selektif,
(2) penilaian berfungsi diagnostik, (3) penilaian berfungsi sebagai penempatan,
(4) penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.[6]
Assessment yaitu sebuah proses yang
ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan
kebijakan pendidikan.[7] Pendapatnya
Aiken (1997: 454) yang di kutip oleh Anwar Sutoyo Human assessment adalah
suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, atau
masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok orang.[8]
Salah satu bagian penting dari
pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat diabaikan adala pelaksanaan
penilaian. Assessment dalam konteks bimbingan dan konseling yaitu
mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama,
dan setelah konseling tersebut dilaksanakan atau berlangsung. Karena itulah assessment
dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses
terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling. Tujuan assessment dalam
bimbingan konseling yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi
konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi ang
ada ada masalah konseling.[9]
B. Fungsi dan Tujuan Assessment Penilaian Kelas di Sekolah
penilaian
kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait dengan
pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa
selama mengikuti proses pembelajaran. Proses assessment ini, pendidik akan
memperoleh potret kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam KTSP masing-masing
sekolah.[10]
Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik
(guru), satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru satuan pendidikan
termasuk penilaian internal (internal
assessment), sedangkan yang diselenggarakan pemerintah termasuk penilaian
eksternal (external assessment).
Penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pendidik
pada proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu. Penilaian
eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pengendali
mutu, seperti ujian nasional.[11]
1. Tujuan
assessment berbasis kelas
a) Dengan
melakukan assessment berbasis kelasini pendidik dapat mengethui seberpa
jauh siswa dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan baik selama
mengikuti pembelajaran atau ssetelahnya.
b) Saat
melaksanakan assessment pendidik juga dapat langsung memberikan umpan balik
pada peserta didik.
c) Pendidik
dapat terus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dialami peserta didik.
2. Fungsi
assessmen berbasis kelas
a) Sebagai
landasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
peserta didik memahami dirinya, dan membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik dalam pemilihan program, pengembangan kepribadian, maupun
untuk penjurusa.
b) Menemukan
kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik
dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang
siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
c) Sebagai
upaya pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses
pembelajaran yang telah dilakukan atau sedang berlangsung.
C. Bentuk-Bentuk
dari Teknik Non-Tes.
Bentuk-bentuk assessment
dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi dua yaitu assesment
teknik tes dan assessment teknik non tes. Assesment teknik tes
merupakan suau pengukuran terhadap suatu sempel tingkah laku yang objektif dan
terstandar misalnya tes prestasi, tes bakat, tes minat, tes kepribadian dan
lain-lain.[12]
Sedangkan assesment teknik non tes merupakan penilaian hasil belajar
peserta didik dilakukan tanpa menguji, melainkan dengan melakukan pengamatan secara
sistematis atau observasi, wawancara, menyebarkan angket atau kuesioner,
memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen skala, studi kasus, dan sosiometri.
Hal tersebut adalah teknik non tes.[13]
Teknik non tes sifatnya lebih
konprehensif, yaitu dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu
sehingga penilaian tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, namun juga
megungkap aspek afektif dan psikomotoris.[14]
Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft
skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik dari yang telah mereka ketahui dan pahami. Hal
ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati daripada pengetahuan dan
proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indera.[15]
Adapun jenis-jenis assessment teknik non tes sebagai
berikut:
1.
Daftar
Cek Masalah (DCM)
Daftar cek masalah (DCM) merupakan
daftar cek yang khusus disusun untuk merangsang atau memancing pengutaran
masalah atau problem-problem yang pernah atau sering dialami seseorang
individu. Daftar cek masalah adalah daftar yang berisi sejumlah kemungkinan
masalah yang pernah atau sedang dihadapi oleh individu atau sekelompok individu
adalah menurut Anwar Sutoyo.[16]
Apa masalah kesehatanmu:
1.
|
Sering sakit
ketika di SD.
|
5.
|
Pernah di
operasi.
|
2.
|
Sering sakit
ketika di SMP.
|
6.
|
Sering keluar
keringat.
|
3.
|
Merasa
terlalu gemuk.
|
7.
|
Sering merasa
mengantuk.
|
4.
|
Merasa selalu
kurus.
|
8.
|
Sering
pusing.
|
2.
Wawancara
(interview)
Suatu teknik memahami individu
dengan cara melakukan komunikasi langsung (face to face relation) antara
pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) untuk
memperoleh keterangan atau informasi tentang individu. Wawancara (interview) berfungsi
untuk menentukan latar belakang atau faktor penyebab terjadinya masalah yang
dialami oleh konseli. Wawancara ini sebenarnya merupakan bagian dari wawancara
konseling yang utuh yaitu mulai dari identifikasi masalah, diagnosis,
prognosis, treatment, evaluasi dan follow up.[17]
Agar wawancara dapat mencapai hasil
yang baik maka perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya orang yang akan
mengadakan interviu harus memunyai latar belakang tentang apa yang akan
ditanyakan. Selanjutnya interviuer menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara
tersebut. Bahasa yang digunakan menyesuaikan dengan yang diinterviu. Menjaga
jangan sampai ada waktu dia yang lama, dan lain sebagainya.[18]
Selain itu, wawancara juga berfungsi
sebagai untuk memahami berbagai potensi, sikap, perasaan, pikiran, pengalaman,
harapan dan masalah konseli, serta memahami potensi dan kondisi lingkungan baik
lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerjanya secara mendalam.
3.
Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode
atau teknik untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang
jaringan hubungan sosial antar individu dalam suatu kelompok, berdasarkan
preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok.[19]
Sebenarnya sosiometri menunjukkan tentang ukuran berteman. Jadi, dengan
sosiometri dapat dilihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman
seseorang.[20]
Mendapatkan materi dalam sosiometri
biasanya menggunakan kuesioner sosiometris. Hasil dari kuesioner ini diolah
lebih lanjut hingga menghasilkan hasil sosiometri. Misal, untuk memilih teman
belajar maka dapat berbentuk:[21]
1)
Siapakah
di antara teman-temanmu yang kamu pilih sebagai teman belajar bersama:
a)
.............
alasan .........
b)
.............
alasan .........
c)
.............
alasan .........
2)
Siapakah
di antara tema-temanmu yang tidak kamu sukai sebagai teman untuk bekerja
bersama-sama:
a)
...........
alasan .........
b)
...........
alasan .........
c)
...........
alasan .........
4.
Observasi
Teknik ini digunakan untuk melihat
dan mengamati secara langsung keadaan lapangan agar guru memperoleh gambaran
yang lebih luas tentang obyek yang diamati.[22]
Observasi memiliki nilai memberikan informasi yang tidak mungkin didapatkan
melalaui teknik lain, tambahan informasi yang
sudah didapat melalui teknik lain, dapat menjaring tingkah laku nyata
bila sebelumnya tidak diketahui, pengamatan secara selektif, pengamatan
mendorong perkembangan subjek pengamatan.[23]
Saat pengamatan, pengamat tidak
boleh hanya fokus pada konseli dengan mengabaikan berbagai kondisi interaksi
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah lakunya. Observasi dilakukan
pada beberapa periode waktu, semakin lama dan semakin sering dilakukan, akan
memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Objek pengamatan harus diamati pada
situasi berbeda dan situasi natural.[24]
5.
Angket
(Kuesioner)
Angket merupakan salah satu alat
pengumpul data dalam assessment non tes, berupa serangkaian pertanyaan atau
pernyataan yang diajukan pada responden. Winkel mendefinisikan angket sebagai
suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara
tertulis juga. Angket disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah informasi
yang relevan dengan keperluan bimbingan dan konseling, seperti identitas
pribadi konseli, keterangan tentang keluarga, riwayat kesehatan, riwayat
pendidikan, kebiasaan belajar di rumah, hobi atau informasi lainnya. Data yang
diperoleh berfungsi untuk : (1) mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar
dalam penyusunan program, (2) untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh
dengan metode lain, (3) evaluasi program bimbingan dan konseling, dan (4) untuk
mengambil sampling/sikap/pendapat dari responden.[25]
Contoh angket penilaian diri untuk mengukur sikap kedisiplinan
siswa[26]
INSTRUMEN PENILAIAN DIRI SISWA
Petunjuk:
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai dengan yang saudara
lakukan, dengan kriteria sebagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang-kadang
1 = tidak pernah
Nama Siswa :
...............
Kelas :
................
No
|
Pernyataan
|
Pilihan
jawaban
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Saya ...
masuk kelas tepat waktu.
|
|
|
|
|
2
|
Saya ...
mengumpulkan tugas tepat waktu.
|
|
|
|
|
3
|
Saya ...
memakai seragam sesuai tata tertib.
|
|
|
|
|
4
|
Saya ...
mengerjakan tugas yang diberikan.
|
|
|
|
|
5
|
Saya ...
tertib dalam mengikuti pembelajaran.
|
|
|
|
|
6
|
Saya ..
membawa buku tulis sesuai mata pelajaran.
|
|
|
|
|
7
|
Saya ...
membawa buku teks mata pelajaran.
|
|
|
|
|
Perbedaan antara assessment tes dan
non tes antara lain: (1) pada terjawaban benar atau salah sedangkan pada non
tes, jawaban benar atau salah sangat bervariasi dan semuanya bisa betul/benar,
(2) hasil pada non tes lebih kualitatif sedangkan pada tes lebih kuantitatif,
walaupun pada akhirnya dapat dikualitatifkan, (3) pelaksanaan tes (psikologis)
adalah orang yang professional (berkewenangan khusus untuk melaksanakan tes
tersebut) sedangkan pelaksanaan non tes tidak selamanya orang yang sangat
professional, (4) waktu pelaksanaan tes lebih ketat dibandingkan dengan
pelaksanaan non tes, (5) penyelenggaraan dan pengawasan tes lebih ketat
dibandingkan dengan non tes.[27]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Assessment dalam konteks bimbingan dan konseling yaitu mengukur suatu proses
konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama, dan setelah konseling
tersebut dilaksanakan atau berlangsung. Karena itulah assessment dalam
bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi
maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling. Assessment memiliki fungsi dan
tujuan yang sangat bermanfaat untuk pendidik. Bentuk-bentuk teknik non tes
seperti observasi, angket, wawancara, Daftar Cek Masalah (DCM), Sosiometri, dan
lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Sutoyo, Pemahaman Individu,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Bimo Walgito, Bimbingan dan
Konseling (Studi dan Karir), CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2005.
Eko Putro Widoyoko, Penilaian
Hasil Pembelajaran di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2016.
Ema Butsi Prihastari dan Jumanto, “Pembuatan Instrumen Non Tes Bagi Guru SD
Untuk Menilai Ranah Afektif Siswa”, Jurnal Adiwidya, vol. II No.1, Maret
2018.
Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment
Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2013.
Hasan Basri, “Paradigma Baru Sistem Pembelajaran”, Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Intan Putri Fadarwati, “Penggunaan Teknik Evaluasi Non-Tes dan
Hambatannya Pada Penilaian Pembelajaran Pkn SD Di Dabin IV Kecamatan Tonjong
Kabupaten Brebes”, skripsi Universitas Negeri Semarang, 2015.
Mamat Supriatna (Ed.), “Bimbingan dan Konseling Berbasis
Kompetensi”, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2014.
Navel O. Mangelep, “Teknik Non Tes
dalam Melaksanakan Penilaian, Pengukuran dan Evaluasi dalam Dunia Pendidikan”, Jurnal
Pdf.
Siti Wahyuni Siregar, “Assesment
dalam Bimbingan dan Konseling”, (online) tersedia: https://www.google.co.id/url?q=http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/Hik/article/download/696/611/&sa=U&ved=2ahUKEwf7rW1INvgAhXEuY8KHTr3DoYQfjAJegQIBhAB&usg=OAvVaw2EvDejtFjI1EIAc7kAahWJ. (diakses: 25 Februari 2019).
Sitti Mania, “Teknik Non Tes: Telaah
Atas Fungsi Wawancara dan Kuesioner dalam Evaluasi Pendidikan”, Lentera
Pendidikan, Vol. 11 No. 1, Juni 2008.
[1] Hasan Basri, “Paradigma Baru Sistem Pembelajaran”, Bandung: Pustaka Setia, 2015,
hlm. 153-154.
[2] Ema Butsi Prihastari dan Jumanto, “Pembuatan Instrumen Non Tes Bagi Guru SD
Untuk Menilai Ranah Afektif Siswa”, Jurnal Adiwidya, vol. II No.1, Maret
2018, hlm. 123.
[3] Intan Putri
Fadarwati, “Penggunaan Teknik Evaluasi
Non-Tes Dan Hambatannya Pada Penilaian Pembelajaran Pkn SD Di Dabin IV
Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes”, skripsi Universitas Negeri Semarang, 2015,
hlm. 3.
[4] Mamat Supriatna (Ed.), “Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi”, Jakarta:Raja
Grafindo Persada, 2018, hlm. 203-204.
[5] Ema Butsi Prihastari dan Jumanto, Op.Cit., hlm. 123.
[6] Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Opc.Cit., hlm. 12-13.
[7] Hamzah B. Uno
dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2013,
hlm. 1.
[8] Siti Wahyuni
Siregar, “Assesment dalam Bimbingan dan Konseling”, (online) tersedia: https://www.google.co.id/url?q=http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/Hik/article/download/696/611/&sa=U&ved=2ahUKEwf7rW1INvgAhXEuY8KHTr3DoYQfjAJegQIBhAB&usg=OAvVaw2EvDejtFjI1EIAc7kAahWJ. (diakses: 25
Februari 2019), hlm. 3.
[9] Ibid.,
[10] Hamzah
B. Uno dan Satria Koni, Op.Cit., hlm.
4-6.
[11] Ibid., hlm. 16.
[12] Ibid.,
hlm 7-9.
[13] Sitti Mania,
“Teknik Non Tes: Telaah Atas Fungsi Wawancara dan Kuesioner dalam Evaluasi
Pendidikan”, Lentera Pendidikan, Vol. 11 No. 1, Juni 2008, hlm. 45.
[14] Ibid.,
hlm. 46.
[15] Navel O.
Mangelep, “Teknik Non Tes dalam Melaksanakan Penilaian, Pengukuran dan Evaluasi
dalam Dunia Pendidikan”, Jurnal Pdf. hlm. 1.
[16] Anwar Sutoyo, Pemahaman
Individu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm.111-112.
[17] Siti Wahyuni
Siregar, Op.cit., hlm. 12.
[18] Bimo Walgito, Bimbingan
dan Konseling (Studi dan Karir), CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2005, hlm.
83-84.
[19] Siti Wahyuni
Siregar, loc.cit.,
[20] Bimo Walgito, Op.cit.,
hlm. 85.
[21] Ibid.,
hlm. 87.
[22] Eko Putro
Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2016, hlm. 83.
[23] Siti Wahyuni
Siregar, Op.cit., hlm. 13.
[24] Ibid.,
[26] Eko Putro
Widoyoko, Op.cit., hlm. 205-206.
Komentar
Posting Komentar